It is about free pages, Free stuff, Free image hostings, best links, most found links for share.

Mari Tak Sembarangan Memberi Tugas Internet

ADSENSE HERE!
Melewati sebuah warnet di kampung selepas magrib saya tertarik dengan banyaknya pelanggan yang antri di Warnet dan mereka yang antri kebanyakan adalah anak usia SMP dan SMA. Hal ini menarik ketika dihubungkan kemudian dengan fenomena munculnya Warnet yang kini mulai banyak di wilayah pedesaan. Setelah era warnet di kota mulai tergusur oleh murahnya modem dan menjamurnya hotspot di sekolah, kampus dan kantor usaha warnet menyerbu pedesaan yang masih punya potensi pasar untuk usaha ini. Misalnya di desa saya yang berada 10 kilometer selatan Kota bantul sekarang telah ada 4 warnet dan selalu ramai pengunjung.

Melihat fenomena ini jadi teringat cerita pengurus Forum Anak Kabupaten Sleman beberapa waktu lalu. Ia bercerita bahwa salah satu kegiatannya adalah melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang mengalami masalah. Ia bercerita bahwa selama ini anak yang ia dampingi kebanyakan bermasalah berkaitan dengan pergaulannya, diceritakan bahwa sekitar 70% di antara anak dampingannya mengatakan telah melakukan hubungan seksual dengan pacar atau temannya padahal mereka adalah anak-anak usia SMP dan kebanyakan menyatakan bahwa mereka melakukan di bilik warnet yang sempit itu. Proses itu tentu saja berhubungan dengan pornografi yang diakses melalui internet dan kondisi bilik warnet yang memungkinkan sebagai tempat melakukan aktifitas seksual. Kondisi ini tidak saja menjadi ancaman terhadap moral generasi muda tetapi dalam tataran praktis merupakan titik rawan anak terhadap kehamilan tak dikehendaki, konflik dengan keluarga, aborsi, dan paparan terhadap berbagai penyakit menular seksual.

Satu hal yang kemudian muncul dipikiran saya adalah bagaimana peran tugas-tugas sekolah dari para guru yang mengharuskan anak untuk berinteraksi dengan internet, karena alasan inilah yang banyak digunakan anak untuk datang ke warnet dan mengakses internet. Dalam banyak kasus, memberikan tugas ke siswa untuk mencari bahan tugasnya di Internet menjadi kontra produktif karena menyimpan potensi disalahgunakan disamping efek sampingnya terhadap mental plagiat, karena di bilik warnet dapat terjadi banyak hal di samping tujuan utamanya yaitu mencari bahan untuk tugas sekolah. Apalagi dengan kondisi sekarang dimana para pengusaha warnet masih sedikit yang benar-benar berkomitmen untuk menyediakan jasa layanan internet yang aman bagi anak.

Dalam beberapa kasus yang saya amati, pemberian tugas yang melibatkan internet pun kadang tampak asal-asalan, misalnya anak seorang teman saya mendapatkan tugas dari guru geografinya untuk mencari bentuk-bentuk gunung berapi dan namanya, dan itu dilakukan melalui internet, padahal untuk memahami bentuk-bentuk gunung berapi dan contohnya serta namanya sebenarnya tak perlu melibatkan internet, akan lebih mendidik ketika anak diarahkan untuk membaca berbagai buku literatur atau majalah tentang kegunungapian di perpustakaan yang dari usaha lebih memberikan tantangan karena usahanya harus lebih besar, membiasakan anak untuk ke perpustakaan dan membaca buku dan menjauhkan anak dengan “kebiasaan mudah” dengan memanfaatkan “google”. Tugas tentang gunung berapi itu mungkin akan cocok di gabungkan dengan internet ketika memang mengharuskan anak untuk mencari kejadian kegunungapian yang terkini dari berbagai belahan dunia, dan bagaimana dampaknya pada penduduk sekitarnya, untuk level tugas sedemikian memang internet akan banyak membantu.

Dalam kasus lain, saya temui tugas menulis paper anak kelas 1 SMA dengan mempersilahkan anak untuk melihat internet. Yang terjadi kemudian adalah justru proses latihan plagiat. Anak kemudian memanfaatkan jasa Google dan menemukan artikel untuk di “copy and paste” dan menghasilkan tulisan yang bukan karya aslinya. Tugas seperti ini tentu saja akan menjadi usaha yang kontra produktif bagi pengembangan kemampuan anak. Maka saya mengajak khususnya kepada teman-teman guru untuk tidak begitu saja memberikan tugas kepada siswa untuk mengakses internet ketika media lain sebenarnya lebih tepat untuk diakses. Toh tidak berarti tugas yang melibatkan akses internet adalah keren dan bernilai baik karena kontak dengan internet juga sering menjadi tak produktif bahkan menjadi kegiatan yang membuang waktu dan berpotensi disalahgunakan. Bukankah nasib anak-anak kita lebih penting dari pada pandangan bahwa pembelajaran kita keren dan IT minded?

arif nasiruddin (http://nasiruddin.edublogs.org)


Halaman Orisinil disini

ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © About Much Link Found in This Blogspot. All rights reserved. Template by CB