It is about free pages, Free stuff, Free image hostings, best links, most found links for share.

Percakapan Absurd dalam Perjumpaan Mimpi

ADSENSE HERE!

Tau samawa yang lahir di Sumbawa, tgl 22 Oktober 1988. fb: lala.samawa@gmail.com my blog: http://wulan-amrirahady.blogspot.com

Aku kembali lagi dengan tapak gelisah sebab perempuanku mengeluh di penghujung aduh. Kali ini aku kembali mengandaikan perjumpaan lewat tengah malam tanpa ricuh suara binatang-binatang malam seperti biasanya. Sebab aku ingin bercakap tanpa mempertentangkan waktu yang telah membawanya menuju lelakinya kini. Lelaki yang darinya telah tersketsa wajah-wajah lugu lantas lahir dan jadilah dua orang gadis kecil yang cantik. Mereka belum tahu banyak tentangnya. Yang mereka tahu hanyalah bagaimana bunda dan ayah selalu menemani masa kecilnya.

Seperti inilah alam bawah sadarku. Berjumpa dia dan kami seperti dua orang yang baru saling mengenal lagi. Mempercakapkan literasi. Kesukaannya pada tulisan-tulisan yang berestetika tinggi dan tak lupa dukungannya terhadap tulisanku yang berseliweran sana-sini. Aku masih ingat, ketika pertama kali mengenalnya, ia begitu ramah dan manis. Tapi tetap saja aku memiliki firasat buruk tentang kelanjutan dari pertalian yang akan direkatkan di penghujung akad. Di sini, aku tidak ingin mengenalkannya pada siapapun, karena bagiku, ia tetaplah perempuan asing, seasing tatapannya di balik kepura-puraan yang entah. Namun, seasing apapun juga, dia masih menjadi bagian dari keutuhan darahku. Dia ibu dari dua gadis kecil itu. Dua gadis yang terkadang memiliki pertalian bathin denganku. Aku menyayangi mereka, tapi di sisi lain aku tak pernah peduli.

“Ada apa kau datang ke mari? Lorong-lorong rumah sakit tua ini takkan sehat untuk tubuhmu yang ringkih,” sapanya dengan ramah. Rupanya ia menyadari kedatanganku.

“Aku sedang melanjutkan mimpiku untuk bercakap seakrab dulu denganmu,” jawabku sekenanya.

“Untuk apa? Bukankah masa lalu tak perlu diulang?

“Aku tahu, tapi setidaknya dulu kita masih memiliki saat-saat yang begitu manis sebelum pernikahan itu membawamu pada kerikuhan di keutuhan,”

“Kata siapa aku rikuh? Jangan sok tahu kamu,”

“Kalau kau tak pernah rikuh, kenapa semenjak bara menyala-nyala itu tersulut, kau semakin asyik masyuk dengan rikuh bahkan tenggelam dalam sunyi berkepanjangan? Terkadang aku tak sampai hati melihat kau seperti terlempar dari sebuah keutuhan yang sama sekali tak menginginkanmu,”

“Aku ingin lelakiku hanya untukku saja tanpa harus berbagi denganmu, dengan mereka, dan apalagi yang kau sebut sebagai sebuah keutuhan,” jawabnya dengan isakan perlahan.

“Apakah kau pernah melihatku yang ingin merebut apa yang kau inginkan? Apa kau juga pernah melihat sikap manjaku yang penuh mau akan nilai nominal harta? Jawab aku, apa kau pernah melihat?

“Aku tak pernah lihat dan kalaupun aku lihat, apa kuasaku?

“Kau selebihnya masih mengandalkan rasa egoismu. Kau ingin menang sendiri. Kau hanya memperturutkan amarah yang sewaktu-waktu bisa meledak dan akhirnya membinasakan segala yang ada di sekelilingmu,”

“Aku hanya ingin dia – lelakiku – seutuhnya. Sekali lagi hanya dia. Apa aku salah?

“Kau mencintainya?

“Tentu saja. Jika tidak, kenapa aku harus bersedia menikah dengannya. Hah, pertanyaanmu bodoh. Sangat bodoh. Sama sekali tidak mencerminkan pendidikanmu yang tinggi itu,”

“Aku hanya butuh jawaban iya atau tidak,”

“Iya,”

“Iya apa?

“Iya, aku mencintainya,”

“Lantas apa yang harus kau lakukan setelah hatimu mengakarkan dan mengikrarkan cinta untuknya?

“Aku menikah dan memiliki anak darinya,”

“Hanya itu sajakah?

“Iya, seperti yang kau lihat,”

“Aku tidak melihat binar-binar yang berpendar dari matamu yang menyiratkannya,”

“Memangnya kau pernah menatapku selama itu? Bukankah kita tak pernah bercakap-cakap lagi?

“Justru aku takkan pernah mau menatapmu, karena aku tak ingin menangkap kepura-puraan yang bercokol mesra di matamu ketika rikuh itu tak bisa kau simpan dalam-dalam,”

“Kau memang pengecut,”

“Pengecut mana dengan seseorang yang tak pernah diajarkan untuk hidup saling menghargai?

“Tak ada seorang pun yang patut dihargai kecuali kedua orangtuaku sendiri,” tandasnya angkuh.

“Sampaikan salam dukacitaku pada kedua orangtuamu. Katakan bahwa aku turut berdukacita atas pendidikan yang diajarkannya kepadamu. Hhhh, kasihan beliau berdua, susah payah menghadirkan kau ke dunia ini kemudian diajarnya kau, dididiknya kau, tapi hasilnya nihil. Sama sekali kosong seperti tong sampah yang kosong bernada melompong di sampingku ini. Apakah kau mau mendengarnya? Seperti itulah keadaanmu sekarang. Miris,” ucapku dengan senyum sinis.

“Kedua orangtuaku tak pernah salah,”

“Tapi apa keduanya pernah menjelaskan kepadamu tentang hak ibu atas anak lelakinya dan hak suami atas istrinya? Ah, kurasa beliau berdua belum menjelaskan tentang itu. Maka kuminta kau belajar lagilah. Iya belajar lagi supaya api yang panasnya menggelegak tak menjadikan tubuh indahmu terpanggang cukup lama akibat titik hitam yang kau hubung-hubungkan tanpa ada usaha menghapusnya dengan kebaikan-kebaikan dalam hidupmu. Kebaikan-kebaikan yang selama ini tak kau ciptakan dalam biduk kecilmu,”

Ananda masih tak paham. Tapi aku telah kembali pada kenyataan. Terbangun. Aku sedang tak bermimpi lagi. Bermimpi berjumpa dengannya. Bermimpi untuk sekedar ‘menamparnya’ sejenak dengan frasa dan kalimat yang memutar otaknya untuk berpikir kenapa ia tak pernah merasakan kebahagiaan selama akad telah tertunaikan di hadapan ayahandanya melalui lelaki yang ia akui, ia mencintainya. Kenapa? Entah. Padahal bahagia itu sangat sederhana. Bahagia dalam pernikahan itu ketika kita bisa mencintai dia dan keutuhan yang menjadikannya ada sebagai seorang manusia yang memiliki akal dan perasaan. Dan ingatlah bahwa pernikahan itu bukan proses penyatuan si aku dan kamu, tapi proses penyatuan dua keluarga dari –ku dan dari –mu. Jika sudah paham hakikat pernikahan, maka tak ada sekat lagi yang memisahkan dua keluarga yang berbeda. Tak ada keakuan, tapi yang ada KITA dan keutuhan yang menjadikan KITA ini ada di dunia.

#Akhir Maret di Tanah Para Pahlawan - masih di duakosongsatutiga


Halaman Orisinil disini

ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © About Much Link Found in This Blogspot. All rights reserved. Template by CB