It is about free pages, Free stuff, Free image hostings, best links, most found links for share.

Rencana Perkawinan yang Membuka Wawasan

ADSENSE HERE!
Di kebaktian hari Minggu itu, ada altar call yang memanggil jemat untuk maju ke depan untuk sebuah pertobatan. Dari banyak orang yang maju untuk menyatakan pertobatannya, terlihat Rusti, seorang wanita muda ikut maju. Yang menarik bukan karena ia cantik dan muda, tetapi karena sudah banyak orang yang mengenal reputasi Rusti di bidang “perdosaan”. Banyak orang menganggap Rusti adalah wanita jalang. Walau diminta untuk menundukkan kepala, jemaat yang tidak maju banyak yang malah berbisik. Dari mimik mereka kentara sekali adanya cibiran untuk Rusti.

Waktu terus berlalu dan Rusti si wanita muda itu semakin aktif di gereja. Pada suatu pagi sebelum kebaktian ia datang ke pendeta.

“Pak Pendeta, kalau diberikan kesempatan, saya mau ikut dalam pelayanan anak. Saya mau jadi guru sekolah minggu.”

“Oh boleh saja.” Jawab Pendeta, “Saya nanti beri tahu bu Nancy ya. Biar dia yang berikan beberapa pelatihan supaya kamu siap untuk pelayanan sekolah minggu.”

Pelatihan itu berjalan beberapa waktu dan Rusti diberikan beberapa kesempatan untuk melayani di sekolah minggu. Ini terus berjalan sampai tiga tahun. Kesungguhan Rusti melayani menyebabkan ia disenangi banyak anak.

Namun selain itu, kesungguhan Rusti dalam pelayanannya ternyata tidak hanya menyenangkan anak sekolah minggu. Albert, Pendeta muda di gereja itu juga suka pada Rusti. Mereka berpacaran satu tahun dan kemudian memutuskan untuk menikah.

Pada hari Minggu siang setelah kebaktian Paskah, diadakan acara ramah-tamah. Di bagian akhir acara itu, Pendeta mengungkapkan kepada sidang majelis tentang rencana pernikahan Pendeta muda Albert dengan Rusti.

Rupanya rencana pernikahan ini tidak disukai oleh para anggota majelis, setelah doa penutup dan berjabatan tangan saling mengucapkan selamat Paskah, tanpa segan mereka “mengingatkan” Pendeta tentang ketidaksepadanan antara Albert seorang pendeta muda yang sangat berdedikasi dengan Rusti seorang “mantan” wanita jalang.

Rapat pelayanan Paskah siang itu yang rencananya sudah berakhir jam dua jadi molor. Ketidakpuasan tentang kelayakan seorang mantan pendosa menjadi istri Pendeta menjadi semakin panas karena banyak anggota majelis yang tidak dapat menerima kehadiran Rusti sebagai calon “ibu Pendeta.”

Seorang Penatua senior angkat bicara: “Selama ini kami berdiam diri, karena dia melayani anak-anak. Tak apalah… mereka tidak tahu apa reputasi guru sekolah minggu mereka kan? Kami pun tidak ingin usil mempermasalahkannya. Kami diam. Kami tidak membuka aibnya.”

Penatua lainnya berkata: “Kalau anak-anak bisa terpesona dengan kecantikan dan keramahannya, saya tidak! Sebenarnya saya sudah ingin menegur Pendeta Albert waktu saya dengar dia menjalin hubungan dengan nona Rusti. Tetapi saya urungkan karena saya pikir ini tidak akan berakhir dengan suatu pernikahan. Kalau mereka menikah, saya tidak bisa membayangkan harus sering bersalaman dengan dia yang saya tahu bagaimana latar belakangnya. Aaah yang benar aja….”

Ruang rapat majelis semakin riuh karena semakin banyak pandangan ketidaksetujuan atas rencana pernikahan ini. Para penatua yang tadinya berbicara agak tenang semakin meninggikan suaranya. Mereka semakin bersemangat karena hampir semua peserta rapat mengutarakan ketidaksetujuannya. Hanya sedikit yang abstein.

Setelah riuh lebih dari satu jam, tiba-tiba pintu ruang rapat terbuka dan Pendeta muda Albert masuk bersama Rusti sang calon. Pasangan ini memang dipanggil oleh Pendeta untuk mendengarkan langsung ketidaksetujuan para anggota majelis.

Seketika ruangan menjadi senyap. Para penatua anggota majelis terpana dengan kehadiran “pasangan tidak sepadan” ini. Hanya beberapa detik berlalu, pak Pendeta mulai angkat bicara: “Bapak ibu para anggota majelis gereja yang saya hormati. Rencana baik tentang pernikahan Pendeta muda Albert dengan nona Rusti sudah saya ungkapkan tadi.”

Suasana hening.

“Saya mendengar ada beberapa pendapat yang bagus untuk kita renungkan. Ya, pendapat yang bagus, karena banyak berkaitan dengan yang Tuhan Yesus ajarkan.”

“Namun, untuk membuat pertemuan ini benar-benar berbuah, baik untuk pasangan Pendeta Albert dan calonnya dan juga untuk kita semua, marilah kita ungkapkan pendapat kita dengan baik. Silakan duduk Bapak dan Ibu sekalian.”

Para anggota majelis yang tadinya berdiri, serentak menduduki kursinya lagi.

Dan agar kita lebih siap, marilah kita memuji Tuhan terlebih dahulu dengan bernyanyi dari Buku Ende Logu nomor 598 BEGE ENDE NI SURUAN, ayat 3

Jesus Raja Hadameon sondang hatigoran i. (Yesus Raja Perdamaian cahaya kebenaran)
Panondang ni hangoluan disaluhut jolma i. (Yang menerangi kehidupan untuk semua manusia)
Dirumari do diriNa lao manobus manisia. (DiriNya dikorbankan untuk menebus manusia)
Asa unang mate be ala ni dosana be. (Agar tidak mati karena dosa-dosanya)
Ende ni Suruan I, sangap ma di Tuhan i. (Inilah kidung malaikat, terpujilah Tuhan)

Setelah selesai menyanyikan satu ayat pujian itu, Pendeta menatap sekeliling ruangan. Masih senyap. Tidak ada yang berbicara. Lalu Pendeta mulai berbicara lagi: “Bapak Ibu sekalian, di tengah kita sekarang sudah ada Pendeta muda Albert bersama calonnya. Bila Bapak atau Ibu ada yang ingin memberikan masukan untuk rencana pernikahan pasangan ini, saya berikan waktu. Silakan bicara, dimulai dari Bapak Ibu yang merasa yang dosanya tidak banyak.”

Suasana semakin hening. Semua kepala terunduk. Tidak ada yang menoleh ke kanan atau kiri.

Para penatua yang tadinya lantang berbicara nampaknya sudah kehilangan selera. Ibu-ibu yang tadinya menggerak-gerakkan mulutnya ke bawah juga ikut menunduk.

Pendeta melanjutkan:

Saat ini saya berbicara bukan karena saya yang paling tidak berdosa, namun karena ada sesuatu yang harus diluruskan.

Sebenarnya yang sedang kita adili pada ruangan ini bukanlah pasangan Pendeta Albert dan nona Rusti.

Buat saya, rencana pernikahan mereka adalah hal kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan.

Marilah kita merenungkan sesuatu yang lebih dari itu.

Bukankah kita sedang mempertontonkan betapa sucinya kita dibanding orang lain?

Bukankah kita sedang membandingkan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Orang yang satu lebih layak dibanding dengan yang satunya lagi, sehingga seolah mereka tidak sepadan, padahal mereka sama-sama pernah berbuat dosa dan sama-sama diampuni oleh Tuhan?

Sebetulnya apa yang sedang kita adili?

Sesungguhnya kita sedang mengadili kemampuan Tuhan Yesus untuk mengampuni.

Sesungguhnya kita sedang menyatakan keraguan kita untuk keabsahan pengampunan yang Tuhan sudah bayar di kayu salib.

Perjalanan pelayanan kita yang sudah panjang ini ternyata masih belum cukup lama untuk terus mengingatkan bahwa sesungguhnya kita bukan layak tetapi dilayakkan. Kita bukan benar, tetapi dibenarkan!

Oleh darahNya kita dilayakkan dan dibenarkan!

Kepastian bahwa kita masuk Surga bukan karena perbuatan kita, melainkan karena AnugerahNya.

Saya bersyukur kita bisa menyanyikan ayat tiga lagu tadi dengan baik. Teruslah nyanyikan ayat itu, karena Darah Kristus yang tercurah sudah menebus dosa dunia, termasuk kita.

Di kayu salib Ia sudah berteriak ‘Tetelestai….’ Sudah selesai. Penebusan itu sudah lunas!

Dan Dia tidak berhenti sampai di situ. Pada hari yang ketiga Ia bangkit. Sebagaimana kesaksian Paulus, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” I Kor 15:17.

Semoga kita sependapat bahwa kita tidak lebih benar dari pada orang lain yang pernah berbuat dosa yang sekarang juga dibenarkan oleh Tuhan.

Marilah saling berjabat tangan. Pecayalah bahwa pengampunan itu cukup untuk dosa kita yang terkelam sekalipun. Terimalah semua orang yang bertobat seperti kapas yang putih bersih dan tidak lagi perlu dihakimi oleh manusia. Percayalah dalam Yesus dosa kita telah diampuni. Karena itu pula ada jaminan keselamatan bagi kita. Lalu marilah kita pelihara keselamatan itu.

Selamat merayakan Kebangkitan Tuhan Yesus. Amin.

ts.130331


Halaman Orisinil disini

ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © About Much Link Found in This Blogspot. All rights reserved. Template by CB