It is about free pages, Free stuff, Free image hostings, best links, most found links for share.

Tradisi “Figura” Manado, Ajang Postmodern Melawan Batas

ADSENSE HERE!

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan kreatifitas tanpa harus meninggalkan nilai-nilai budaya warisan leluhur, salah satu contohnya ialah tradisi festival Figura di Kota Manado yang merupakan acara pagelaran seni tradisional yang dikemas secara modern dan unik. Adapun asal kata Figura ini yaitu dari bahasa latin yang berarti figur atau sosok, yang sejatinya mencerminkan interaksi keseharian masyarakat. Alkisah, tradisi ini awal mulanya dibawa oleh orang Portugis yang bernama Conquistadors, beliau merupakan seorang pelaut yang berasal dari Spanyol yang singgah dan menetap untuk beberapa waktu di  Teluk Manado.

Festival Figura merupakan salah satu kesenian rakyat Kota Manado dan telah turun temurun dirayakan semenjak ratusan tahun yang lalu di jazirah teluk Manado. Figura merupakan salah satu seni budaya yang diadopsi dari kesenian Yunani klasik. Seni ini lebih kepada pantomim dalam rangka menirukan laku atau watak dari seorang tokoh yang dikenal serta merefleksikan aktifitas sosial kemasyarakatan.

Figura juga dapat menjadi ajang kreatifitas unjuk gigi untuk menggambarkan berbagai peristiwa sosial yang dialami selama ini. Berbagai isu dan perisitiwa hangat yang tengah marak dan santer dibicarakan akhir-akhir ini oleh sekalangan orang dapat dibawakan dengan nuansa parodi. Berbagai atraksi menarik disajikan oleh semua kalangan usia yang ingin berpartisipasi tanpa pandang bulu, status sosial, jenis kelamin, jender dan sebagainya. Hal-hal unik yang dapat ditemui dalam festival Figura ini antara lain ialah segerombolan pria yang mengenakan pakaian wanita, para wanita yang mengenakan kumis dan jenggot, serta adapula peserta yang mengenakan kostum unik mulai dari pria gendut berpakaian balita sambil menghisap dot. Tidak ketinggalan pula disajikan potret kerukunan antar umat beragama sesuai dengan jargon Kota Manado “Torang Samua Basudara” (Kita Semua Bersaudara), yang menampilkan perwakilan pimpinan umat beragama yang mewakili agama-agama yang ada di Indonesia.

Sumber: fokussulut.com

Sumber: beritakawanua.com

Tradisi ini mencerminkan mazhab postmodernisme yang dipopulerkan oleh Frederico de Onis, yang merupakan suatu kecenderungan budaya yang dicirikan dengan penolakan atas objective truth dan global cultural narrative. Kecenderungannya yang dicirikan atas berbagai penolakan terhadap klasifikasi-klasifikasi yang kaku seperti misalnya laki-laki dan perempuan, kelompok kulit putih dan hitam, dan lain-lain. Menurut beberapa ahli diantaranya Almendinger menyatakan bahwa mazhab ini memiliki beberapa dimensi diantaranya dimensi “kritik”, dimensi “normatif”, dimensi budaya dan dimensi filosofi. Masyarakat postmodernisme dicirikan dengan peleburan tanpa batas, wilayah dan pembedaaan budaya, penampilan dan kenyataan serta terjadi proses diferensiasi dan peleburan segala bidang. Sejatinya, ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat objektif dan kita berhak pula untuk melakukan sesuatu atas dasar pertanyaan “apa yang seharusnya tidak dilakukan?”

Atraksi ini tentu tidak hanya bernuansa entertainment saja, dimana parade mengundang gelak tawa bagi siapa saja yang melihatnya, tapi ada makna dibaliknya. Sebuah nilai tentang kesetaraan, menjaga warisan leluhur yang merupakan proses asimilasi antara warga pribumi dan pendatang (Bangsa Portugis kala itu), serta melestarikan tradisi untuk selalu berbaur.

Tradisi Figura ini mengajarkan banyak hal dan kedepannya diharapkan tradisi ini akan terus dapat dilestarikan sehingga mampu mendukung Kota Manado menjadi Kota Pariwisata dan Kota Ekowisata yang menjadi tujuan pariwisata domestik dan menarik wisatawan lokal maupun mancanegara dari dalam maupun luar negeri. Aamiin.


Halaman Orisinil disini

ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © About Much Link Found in This Blogspot. All rights reserved. Template by CB