It is about free pages, Free stuff, Free image hostings, best links, most found links for share.

[Cerbung] Pada Sebuah Dimensi #7

ADSENSE HERE!

Jumat sore itu akhirnya tiba. Hari digelarnya malam penghargaan Wara-Wiri Pariwara Award 2013. Malam yang sudah ditunggu-tunggu insan periklanan Indonesia. Lebih terasa lagi gaungnya karena akan disiarkan secara langsung oleh sejumlah TV swasta.

Sejak sebelum jam 4 sore, setelah mandi di kantor, aku sudah dipermak habis-habisan oleh Boss Lenny, Nina, dan Yussi di kantor Boss Lenny. Mulai dari rambut sampai kuku kaki. Aku sampai terkantuk-kantuk walaupun mereka segitu ributnya. Sampai akhirnya Boss Lenny menarik dagunya ke belakang sedikit, mengamati wajahku, dan…

“Sip!” dia mengacungkan jempol sambil menarikku ke cermin.

Aku yang sudah membayangkan wajahku bermake up tebal seperti topeng ala Sahrenong, penyanyi dangdut itu, jadi terbengong sejenak. Boss Lenny meriasku ala natural, tidak tebal, tapi tetap kelihatan kalau wajahku tidak polos. Rambut buntut kudaku berubah jadi keriting kriwil yang menggemaskan, dengan poni yang tertata rapi.

Aku tertawa senang melihat wajahku jadi ‘indah’ begini. Hahay! Hidupku jadi berasa Cinderela. Nina keluar sebentar dan masuk lagi sambil menenteng sebuah gaun batik yang masih terbungkus plastik bening.

“Lu pakai itu, Sas,” kata Boss Lenny. “Udah gue beliin baru, sarimbit sama punya Bara.”

Aku bengong.

“Lu nggak usah takut kegatelan pakai baju itu, udah gue laundry kemaren,” kata Boss Lenny. “Buruan ganti baju!”

Beberapa menit kemudian aku sudah keluar dari toilet Boss Lenny. Gaun batik sutra berwarna maroon itu melekat pas di tubuhku. Melambai indah. Modelnya tidak ramai, tapi sangat elegan.

Boss Lenny terlihat puas dengan penampilanku. Dia tersenyum lebar.

“Sepatunya Yus!” kemudian Boss Lenny menengok sekilas pada Nina. “Nin, lihat Bara udah siap belum.”

Nina buru-buru keluar lagi. Yussi membuka sebuah kotak sepatu. Dia mengeluarkan stiletto cantik berwarna keemasan. Boss Lenny mengeluarkan clutch berwarna sama dengan sepatu dari dalam laci mejanya. Terakhir dia membuka sebuah kotak tipis, berisi seperangkat perhiasan.

Hah?? Nggak salah??

“Lu tenang aja Sas, ini bukan emas asli kok,” kata Boss Lenny ketika melihat ekspresiku.

Aku cuma bisa meringis sekilas.

Bara menatap tak berkedip ketika aku keluar dari kantor Boss Lenny. Fajar dan Herdy ribut bersuit-suit. Aku jadi malu sendiri.

“Sekarang kalian berangkat,” kata Boss Lenny. “Dapat award atau tidak, masuk nominasi di Wara-Wiri udah top banget buat kita. Gue bangga sama kalian. Gue akan nonton dari rumah. Good luck guys!”

Setelah berpamitan kami pun pergi. Bara diam-diam saja ketika kami berjalan ke lift. Aku jadi tak enak hati.

“Ada yang salah sama penampilan gue ya?” tanyaku pelan.

Kulihat jelas Bara sedikit tergagap. “Eh, apa? Penampilan lu? Lu cantik, bangeeet… Bikin gue shock,” Bara mencoba tersenyum.

Kami menunggu beberapa detik sebelum lift turun terbuka. Bara tetap kalem-kalem saja. Duh, sungguh aku berharap dia stay little wild kayak biasanya!

“Kira-kira kita menang nggak ya Bar?” celetukku di dalam lift yang berisi cuma dia dan aku.

Bara menggenggam tanganku. Hangat.

“Menang atau enggak, kamu tetap yang tercantik,” jawabnya ringan.

“Elu flirting-in gue ya?” aku terbahak.

Dia ikut tertawa. Oh my God! Rasanya aku mau menukar apa saja yang kupunya agar dapat terus melihat laki-laki ini tertawa!

Ting!

Pintu lift terbuka di basement. Bersamaan dengan pintu lift sebelah.

“Bar! Rapi amat? Mau kondangan lu ya?”

Kami menoleh. Driya keluar dari lift sebelah diiringi ‘dayang’-nya. Tatapan Driya berhenti padaku. Sedetik kemudian melotot.

“Astaga Piyik!! Elu…??”

“Ya, halo…,” aku meringis salting.

“Beneran ini elo?? Lu cantik gila!!”

“Yang bener dunk! Gue cantik apa gila?” aku cemberut.

Driya terbahak. Tangannya sudah terulur hendak mengacak poniku. Tapi aku segera berkelit, sembunyi di balik punggung Bara.

“You touch me, gue sambit lu!” teriakku.

***

Acara penerimaan award semalam berlangsung meriah. Aku memang antara berharap dan tidak iklan garapan Bara akan dapat award. Berharap, karena iklan Bara begitu menyentuh. Tidak berharap, karena saingannya te-o-pe semua.

Masih bisa kurasakan ketegangan ketika satu persatu nominasi iklan layanan masyarakat dibaca dan ditayangkan. Tanpa sadar aku menggenggam erat tangan Bara. Makin erat ketika MC mulai membuka amplop.

“Dan pemenangnya adalah….” kertas dalam amplop ditarik pelan-pelan, diiringi suara drum yang lama-lama menjengkelkan. “….HUTAN KACA oleh Pandu Barata dari MemoLine Advertising…!!!”

Perlu waktu beberapa detik bagi kami untuk mengumpulkan kesadaran, sebelum dia memelukku erat, kemudian naik ke atas panggung untuk menerima award. Sungguh, momen yang sangat indah!

Aku beranjak dari kasurku. Sudah jam 7 pagi. Kami pulang larut banget, hampir jam 2 malam aku baru masuk ke apartemen.

Ketika aku membuka tirai jendela, dia ada di bawah sana. Di lapangan belakang gedung apartemenku. Sedang melatih karate sekompi satpam. Setiap Sabtu pagi seperti biasanya.

Dia tak tahu, tak pernah tahu, bahwa selama ini aku selalu menontonnya melatih karate dari balik jendela. Jendela apartemenku terlihat gelap dari luar.

Kuhela napas panjang. Aku benar-benar tak tahu seperti apa sebenarnya hubunganku dengan dia. Dia ada, nyata, tapi seolah berada pada dimensi lain.

Tanpa kata.

Tak terjangkau.

***

(Bersambung)


Halaman Orisinil disini

ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © About Much Link Found in This Blogspot. All rights reserved. Template by CB